Peralatan Penelusuran Gua

Ketika kita masuk untuk menelusuri gua pastinya kita harus memiliki perlengkapan dan peralatan yang savety (aman) agar kita dapat terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan yang memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan standar keamanan atau safety berdasarkan UIAA (Union Internasional DES Asosiation d’Alpinisme) CE (Conformite aux Exigencies) EN (Eropean Norm) CEN (Cimite Europen Normalisation) secara umum, yaitu :

  1. Kekuatan dan daya tahan

Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang direkomendasikan. Peralatan harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentan terhadap abrasi atau gesekan air, lumpur, batuan kapur, dan lain lain. Peralatan gua vertical direkomendasikan yang telah melewati “individually tested” yang ditandai dengan beban maksima “max” dan beban aktif “use”.

  1. Fungsionalitas

Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi peralatan, hal ini berkaitan dan penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu dipahami fungsi-fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebetuhan (simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalah “berat”, hal ini yang berpengaruh terhadap daya tahan atau stamina dari penelusur gua.

Berikut adalah peralatan penelusuran gua yang savety:

  1. Cover all, merupakan pakaian pelindung badan dari dingin, gesekan batuan.
  2. Sepatu boot, digunakan untuk alas.
  3. Helm, digunakan untuk melindungi kepala dari benturan batuan.
  4. Senter atau head lamp, digunakan untuk penerangan.
  5. Sarung tangan, digunakan untuk pelindung tangan dari gesekan batuan.
  6. Peluit, digunakan untuk menadakan keberadaan sesama caver.
  7. Alat tulis kedap air, alat tulis digunakan untuk mendata penelitian.
  8. PPPK, digunakan apabila terjadi suatu kecelakaan.

foto0308

Keanekaragaman Hayati Caving

Gua memiliki daya tarik tersendiri baik dari kenampakan bentukan didalam gua (ornamen gua), fauna di dalamnya, maupun ruangan dan zona di dalam gua. Pada artikel ini akan membahas tentang kenampakan yang ada di dalam gua.

Dimulai dari ornamen-ornamennya, berikut ornamen di dalam gua yaitu : Soda Straw (ornamen yang berbentuk sebesar tetesan air atau seukuran sedotan softdrink), Canopy (berbentuk menyerupai seperti setengah tudung payung), Stalactite (formasi batuan yang menggantung dari atap gua tumbuh kebawah), Stalacmit (formasi ornament yang tumbuh dari bawah ke atas), Pilar (ornament yang berupa pertemuan antara stalactite dan stalacmit), Mountmilk (rnament yang menyerupai payudara), Gourdam/terasering (ornament yang mirip terasering sawah), Draperis (ornament yang menyerupai susunan gigi), Helectit (formasi batuan yang timbul dengan sudut perlawanan dari gaya gravitasi bumi), Gourden  (ornamen yang menyerupai gorden)

Di dalam gua pastinya ada mkhluk yang mendiami gua tersebut yaitu fauna (hewan dalam gua), berikut adalah penggolongan fauna di dalam gua berdasarkan jenisnya: 

  1. Troglobion adalah hewan yang asli hidup di dalam gua, contoh : lipan berantena.
  2. Troglopiles adalah hewan pendatang kemudian melangsungkan hidupnya di dalam gua, contoh : kelalawar, jangkrik, katak, kecoa, udang
  3. Trogloxenas adalah hewan yang menggunakan gua sebagai tempat singgahan sementara dan tidak melangsungkan hidupnya didalam gua.

kelelawar gua

sam_0536

jangkrik gua

sam_0523

katak gua

sdc10168

kecoa gua

sam_0525

udang

img_20150804_081314

kepiting

sam_0510

 

Selain ornamen dan fauna dalam gua, ciri khas lain yang nampak adalah ruangan gua  dan zona di dalam gua. Berikut adalah macam-macam bentukan ruangan dalam gua :

  1. Lorong biasa adalah lorong yang bentuknya hanya seperti ruang yang memanjang.
  2. Lorong besar (chamber) adalah lorong yang bentuknya seperti aula.

Untuk bagian dalam gua terbagi menjadi 3 zona, yaitu :

  1. Zona Terang adalah dimana cahaya matahari bias masuk sehingga ruangan masih terang terdapat disekitar mulut gua (entarnce).
  2. Zona Senja adalah dimana cahaya matahari bias masuk sehingga ruangan masih terang terdapat disekitar lorong biasa.
  3. Zona Gelap Total adalah dimana tidak ada satu titikpun cahaya yang masuk.

Bahaya Penelusuran Gua dan Cara Mencegahnya

Saat kita menelusuri gua pastinya kita juga harus mengetahui apa saja sih bahaya-bahaya penelusuran gua dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Bahaya penelusuran gua dapat dibedakan menjadi Antroposentrisme dan Speleosentrisme. Berikut adalah bahaya-bahaya penelusuran gua  :

1. Antroposentrisme, yaitu bahaya yang dapat menimpa penelusur itu sendiri, antroposentrisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Faktor Manusia

Faktor manusia ialah faktor yang paling besar dalam penelusuran gua. Hal ini dapat disebabkan sering melakukan tindakan diluar batas kemampuannya serta tidak memperhitungkan dengan cermat antara keadaan gua dengan tingkat kemampuannya.

b. Faktor Peralatan

Kadangkala peralatan dapat menimbulkan kecelakaan dikarenakan kualitas atau daya dari peralatan itu berkurang seperti :

  • Berkurangnya kualitas peralatan
  • Salah dalam penggunaan peralatan
  • Beban yang berlebihan dari batas maksimal peralatan

c. Faktor Gua itu sendiri

Dapat berupa, keruntuhan atap gua, gas beracun, banjir mendadak, gigitan binatang berbisa, dan lain lain.

2. Speleosentrisme

Speleosentrisme adalah bahaya-bahaya yang dapat menimpa gua itu sendiri, seperti :

  • Pengaruh terhadap bentukan di dalam gua
  • Pengotoran lingkungan gua (vandalisme, sampah, aroma tidak sedap)
  • Perusakan ornament gua (pematahan perusakan, pengambilan, corat-coret)
  • Perusakan oleh penambangan di dalam gua
  • Perusakan sistem hidrologi

Cara mencegah terjadinya bahaya didalam gua pastinya ntuk tindakan pencegahan agar tidak terjadi bahaya-bahaya tersebut, maka HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia) menyusun ringkasan singkatan yang mudah di ingat, yakni KEAMANAN :

Kemana anda pergi menelusuri gua, beritahukan kepada orang lain mengenai tempat dan waktunya.

Empat orang dianggap jumlah aman menelusuri gua.

Alat-alat yang dibawa harus memadai dan mengerti cara memakainya.

Membawa minimal tiga sumber cahaya beserta cadangannya.

Ajaklah selalu orang yang berpengalaman.

Nafas sesak dan tersengal-sengal tanda hyper segeralah keluar.

Akal sehat, keterampilan, persiapan matang, perhitungan yang cermat serta pengalaman menjadi pegangan penelusur gua.

Naluri keselamatan yang ada pada setiap penelusur gua wajib dikembangkan dan diperhatikan, ini sering menjadi pengaman yang ampuh.

Macam-macam Gua dan Etika Penelusuran Gua

Gua memiliki macam-macam jenisnya untuk di kawasan Indonesia sendiri lebih banyak gua berjenis batuan kapur seperti yang di wilayah Nusakambangan Cilacap dan Kebumen. Berikut adalah jenis-jenis gua berdasarkan pembentukanya:

  1. Gua Karst (gua kapur) adalah gua yang terbentuk akibat air hujan yang mengandung Co2, dan melarutkan zat kapur melalui celah-celah dalam kurun waktu yang lama.
  2. Gua litoral adalah gua yang terbentuk akibat pengikisan gelombang air laut (abrasi).
  3. Gua lava (gua vulkanik) adalah gua yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik gunung berapi lava yang mengalir kebawah membentuk alur memanjang.
  4. Gua es adalah gua yang materi pembentuknya terdiri dari es, akibat dari es yang mencair.
  5. Gua patahan adalah gua yang terbentuk dari patahan dua permukaan yang membentuk ruang di bawah tanah.
  6. Gua karang adalah gua yang terbentuk karena hantaman ombak laut pada tebing karang.
  7. Gua pasir adalah gua yang terbentuk dari lapisan batu pasir ditengah lereng bukit yang terkikis air mengalir.

GUA KARST (KAPUR)

gua-karts

GUA LAVA

gua-lava

GUA ES

gua-es

GUA KARANG

goa-pasir

GUA PASIR

gua-es

Selain jenis-jenis gua berdasarkan pembentukannya, ada jenis gua berdasarkan paramaternya:

  1. Gua aktif adalah gua yang ornamennya masih hidup.
  2. Gua pasif (gua fosil) adalah gua yang ornamenya sudah mati.

Setelah membahas tentang jenis-jenis gua berdasarkan pembentukannya dan parameternya. Kita juga harus mematuhi adat istiadat ketika kita masuk ke gua, dangan mematuhi Etika dan aturan Penelusuran Gua. Berikut adalah Etika dan aturan Penelusuran Gua:

  1. Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua dapat merusak gua, karena membawa kuman, jamur, virus asing kedalam gua dan lingkungan yang masih murni dan tidak tercemar karena itu penelusur gua memiliki etika dalam penelusuran gua yaitu :
  2. Jangan mengambil sesuatu kecuali gambar.
  3. Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak.
  4. Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu.
  5. Jangan mematahkan sesuatu kecuali ego.
  6. Menelusuri gua harus disertai kesadaran, serta tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur sebaliknya ketidak mampuan tidak perlu ditutupi oleh rasa malu. Bertindaklah sewajarnya tanpa membohongi diri sendiri atau orang lain apabila tidak sanggup tetapi dipaksakan akan menyebabkan akibat buruk yang tidak dipertanggungjawabkan, juga melanggar etika bila memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan diluar kemampuan teknis juga apabila belum siap mental atau kesehatan kurang fit.
  7. Menunjukan rasa hormat terhadap sesama penelusur gua dengan cara :
  8. Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan mereka.
  9. Jangan membahayakan penelusur lain, misalnya menimpakan batu ketika ada penelusur lain didalam gua, memutuskan tali yang sudah terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang oleh penelusur gua lain.
  10. Jangan melakukan penelitian yang sama apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan.

Penelusuran Gua (Caving)

Caving (susur gua) caving ialah kegiatan penelusuran gua. Secara  umum menurut ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan
konservasi (upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan) sedangkan kalau untuk tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.

Ilmu yang mempelajari tentang caving (gua dan lingkungan) adalah Speleologi. Speleologi diambil dari kata yunani, yaitu speleion yang berarti gua dan logos yang berarti ilmu. Jadi speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua dan lingkunganya. Menurut IUS (International Union of Speleologi) anggota komisi X UNESCO PBB, gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki  orang. Menurut R. K. T. Ko. (speleologiawan), gua adalah setiap ruang bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui sistem percelahan, rekahan atau aliran sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.

SONY DSC

Penelusuran gua memiliki sejarah pertama kali dilakukan oleh John Beamount, seorang ahli bedah yang berasal dari Somerset, England (1674). Ia tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri gua sumuran atau vertical sedalam 20 meter dan menemukan ruangan  sepanjang 80 meter, lebar 3 meter serta tinggi 10 meter. Dengan menggunakan penerangan lilin. Pada tahun 1670-1680 ialah Baron Johar Valsavor dan Selvenia, ia pernah mengunjungi 70 gua, membuat peta, dan mensketsa dan melahirkan buku setebal 2800 halaman.

Secara umum penelusuran gua sudah dilakukan sejak zaman pra sejarah. Manusia purba menggunakan gua sebagai tempat tinggal yang aman, hal ini dibuktikan dengan di temukannya bekas telapak tangan, lukisan hewan buruan, perkakas-perkakas yang terbuat dari batu serta fosil manusia purba itu sendiri.

Secara khusus eksplorasi pertama tercatat pada tahun 1674 oleh John Beaumount di Inggris, kemudian pada abad ke-19 Eduard Alfred Martel berhasil mengembangkan teknik penelusuran gua serta metode pencatatan ilmiah bagi lingkungan gua dengan menggunakan alat yang lebih lengkap, usaha ini dianggap sebagai revolusi dibidang penelusuran gua sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.

Di Indonesia, penelusuran  gua dimulai sejak tahun 1979 dengan berdirinya “SPECAVINA” oleh Norman Edwin dan Dr. R. K. T. Ko. Selanjutnya bercabang menjadi “Gerba Bumi” yang diketuai oleh Norman Edwin, yaitu sekelompok penelusur gua yang bercondong kedalam petualangan dan olahraga dan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) yang diketuai oleh Dr. R. K. T. Ko, yaitu kelompok penelusur gua yang berkiblat pada penelitian ilmiah dan konservasi. Kemudian muncul kelompok-kelompok penyusur gua lainnya.

Kegiatan Perduli Lingkungan Wilayah Kesugihan oleh KMPA IGHOPALA IAIIG UNUGHA dan Masyarakat sekitar Kesugihan serta Sispala se Cilacap

_mg_3382

Kegiatan bersih lingkungan yang diadakan dalam rangka Hari Ulang Tahun KMPA IGHOPALA IAIIG-UNUGHA Cilacap berlangsung pada hari Jum’at tanggal 16 Desember 2016 tepatnya di dekat tempat pembuangan sampah sebelah rel kereta api di wilayah Kesugihan. Kegiatan tersebut di lakukan oleh anggota KMPA IGHOPALA dan Anggota Sispala se Cilacap serta banyak warga masyarakat yang mengikuti di daerah kesugihan, para anggota ABRI yang berada di wilayah kesugihan juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan bersih lingkungan tersebut.

Bersih lingkungan bertujuan agar masyarakat Kesugihan sadar akan lingkungan yang bersih agar tercipta lingkungan yang sehat. Dalam kegiatan bersih lingkungan, KMPA IGHOPALA IAIIG-UNUGHA Cilacap bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kabupaten Cilacap .

_mg_3420

Pengabdian pada masyarakat merupakan suatu bentuk implementasi dari perbuatan nyata para Pecinta Alam yang pada hakikatnya merupakan para pemerhati dan pelestari alam dan lingkungan. Manusia merupakan makhluk yang dalam kehidupannya dituntut untuk seimbang, baik dalam kegiatan sehari-hari yang banyak menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) yang telah tersedia namun disisi lain manusia juga wajib untuk memelihara alam dan lingkungan agar tetap lestari. Melalui kegiatan kecil tersebut semoga dapat bermanfaat dan banyak orang yang mengambil pesan yang telah disampaikan oleh para pemerhati alam.

Salam Lestari !