Nama Blog Teman :
10. Muthoharoh
Nama Blog Teman :
10. Muthoharoh
Wisata gua yang menyimpan keindahan Luar Biasa di Indonesia
Ketika kita masuk untuk menelusuri gua pastinya kita harus memiliki perlengkapan dan peralatan yang savety (aman) agar kita dapat terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Kegiatan penelusuran gua didukung oleh penguasaan teknik dan peralatan yang memadai. Kriteria pemilihan perlengkapan dan peralatan standar keamanan atau safety berdasarkan UIAA (Union Internasional DES Asosiation d’Alpinisme) CE (Conformite aux Exigencies) EN (Eropean Norm) CEN (Cimite Europen Normalisation) secara umum, yaitu :
Alat yang digunakan harus diketahui kekuatan dan beban maksimal yang direkomendasikan. Peralatan harus tahan terhadap situasi dan kondisi gua yang rentan terhadap abrasi atau gesekan air, lumpur, batuan kapur, dan lain lain. Peralatan gua vertical direkomendasikan yang telah melewati “individually tested” yang ditandai dengan beban maksima “max” dan beban aktif “use”.
Pemilihan peralatan perlu diperhatikan fungsi peralatan, hal ini berkaitan dan penggunaan yang efektif dan efisien. Selain dari fungsi dasar, perlu dipahami fungsi-fungsi tambahan pada alat. Penggunaan alat akurat, tepat guna dan sesuai dengan kebetuhan (simplicity). Faktor yang perlu diperhatikan adalah “berat”, hal ini yang berpengaruh terhadap daya tahan atau stamina dari penelusur gua.
Berikut adalah peralatan penelusuran gua yang savety:
Gua memiliki daya tarik tersendiri baik dari kenampakan bentukan didalam gua (ornamen gua), fauna di dalamnya, maupun ruangan dan zona di dalam gua. Pada artikel ini akan membahas tentang kenampakan yang ada di dalam gua.
Dimulai dari ornamen-ornamennya, berikut ornamen di dalam gua yaitu : Soda Straw (ornamen yang berbentuk sebesar tetesan air atau seukuran sedotan softdrink), Canopy (berbentuk menyerupai seperti setengah tudung payung), Stalactite (formasi batuan yang menggantung dari atap gua tumbuh kebawah), Stalacmit (formasi ornament yang tumbuh dari bawah ke atas), Pilar (ornament yang berupa pertemuan antara stalactite dan stalacmit), Mountmilk (rnament yang menyerupai payudara), Gourdam/terasering (ornament yang mirip terasering sawah), Draperis (ornament yang menyerupai susunan gigi), Helectit (formasi batuan yang timbul dengan sudut perlawanan dari gaya gravitasi bumi), Gourden (ornamen yang menyerupai gorden)
Di dalam gua pastinya ada mkhluk yang mendiami gua tersebut yaitu fauna (hewan dalam gua), berikut adalah penggolongan fauna di dalam gua berdasarkan jenisnya:
kelelawar gua
jangkrik gua
katak gua
kecoa gua
udang
kepiting
Selain ornamen dan fauna dalam gua, ciri khas lain yang nampak adalah ruangan gua dan zona di dalam gua. Berikut adalah macam-macam bentukan ruangan dalam gua :
Untuk bagian dalam gua terbagi menjadi 3 zona, yaitu :
Saat kita menelusuri gua pastinya kita juga harus mengetahui apa saja sih bahaya-bahaya penelusuran gua dan bagaimana cara mencegahnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Bahaya penelusuran gua dapat dibedakan menjadi Antroposentrisme dan Speleosentrisme. Berikut adalah bahaya-bahaya penelusuran gua :
1. Antroposentrisme, yaitu bahaya yang dapat menimpa penelusur itu sendiri, antroposentrisme dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Faktor Manusia
Faktor manusia ialah faktor yang paling besar dalam penelusuran gua. Hal ini dapat disebabkan sering melakukan tindakan diluar batas kemampuannya serta tidak memperhitungkan dengan cermat antara keadaan gua dengan tingkat kemampuannya.
b. Faktor Peralatan
Kadangkala peralatan dapat menimbulkan kecelakaan dikarenakan kualitas atau daya dari peralatan itu berkurang seperti :
c. Faktor Gua itu sendiri
Dapat berupa, keruntuhan atap gua, gas beracun, banjir mendadak, gigitan binatang berbisa, dan lain lain.
2. Speleosentrisme
Speleosentrisme adalah bahaya-bahaya yang dapat menimpa gua itu sendiri, seperti :
Cara mencegah terjadinya bahaya didalam gua pastinya ntuk tindakan pencegahan agar tidak terjadi bahaya-bahaya tersebut, maka HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia) menyusun ringkasan singkatan yang mudah di ingat, yakni KEAMANAN :
Kemana anda pergi menelusuri gua, beritahukan kepada orang lain mengenai tempat dan waktunya.
Empat orang dianggap jumlah aman menelusuri gua.
Alat-alat yang dibawa harus memadai dan mengerti cara memakainya.
Membawa minimal tiga sumber cahaya beserta cadangannya.
Ajaklah selalu orang yang berpengalaman.
Nafas sesak dan tersengal-sengal tanda hyper segeralah keluar.
Akal sehat, keterampilan, persiapan matang, perhitungan yang cermat serta pengalaman menjadi pegangan penelusur gua.
Naluri keselamatan yang ada pada setiap penelusur gua wajib dikembangkan dan diperhatikan, ini sering menjadi pengaman yang ampuh.
Gua memiliki macam-macam jenisnya untuk di kawasan Indonesia sendiri lebih banyak gua berjenis batuan kapur seperti yang di wilayah Nusakambangan Cilacap dan Kebumen. Berikut adalah jenis-jenis gua berdasarkan pembentukanya:
GUA KARST (KAPUR)
GUA LAVA
GUA ES
GUA KARANG
GUA PASIR
Selain jenis-jenis gua berdasarkan pembentukannya, ada jenis gua berdasarkan paramaternya:
Setelah membahas tentang jenis-jenis gua berdasarkan pembentukannya dan parameternya. Kita juga harus mematuhi adat istiadat ketika kita masuk ke gua, dangan mematuhi Etika dan aturan Penelusuran Gua. Berikut adalah Etika dan aturan Penelusuran Gua:
Caving (susur gua) caving ialah kegiatan penelusuran gua. Secara umum menurut ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan
konservasi (upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan) sedangkan kalau untuk tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu.
Ilmu yang mempelajari tentang caving (gua dan lingkungan) adalah Speleologi. Speleologi diambil dari kata yunani, yaitu speleion yang berarti gua dan logos yang berarti ilmu. Jadi speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua dan lingkunganya. Menurut IUS (International Union of Speleologi) anggota komisi X UNESCO PBB, gua adalah setiap ruang bawah tanah yang dapat dimasuki orang. Menurut R. K. T. Ko. (speleologiawan), gua adalah setiap ruang bawah tanah baik terang maupun gelap, luas maupun sempit, yang terbentuk melalui sistem percelahan, rekahan atau aliran sungai yang membentuk suatu lintasan aliran sungai dibawah tanah.
Penelusuran gua memiliki sejarah pertama kali dilakukan oleh John Beamount, seorang ahli bedah yang berasal dari Somerset, England (1674). Ia tercatat sebagai orang pertama yang menelusuri gua sumuran atau vertical sedalam 20 meter dan menemukan ruangan sepanjang 80 meter, lebar 3 meter serta tinggi 10 meter. Dengan menggunakan penerangan lilin. Pada tahun 1670-1680 ialah Baron Johar Valsavor dan Selvenia, ia pernah mengunjungi 70 gua, membuat peta, dan mensketsa dan melahirkan buku setebal 2800 halaman.
Secara umum penelusuran gua sudah dilakukan sejak zaman pra sejarah. Manusia purba menggunakan gua sebagai tempat tinggal yang aman, hal ini dibuktikan dengan di temukannya bekas telapak tangan, lukisan hewan buruan, perkakas-perkakas yang terbuat dari batu serta fosil manusia purba itu sendiri.
Secara khusus eksplorasi pertama tercatat pada tahun 1674 oleh John Beaumount di Inggris, kemudian pada abad ke-19 Eduard Alfred Martel berhasil mengembangkan teknik penelusuran gua serta metode pencatatan ilmiah bagi lingkungan gua dengan menggunakan alat yang lebih lengkap, usaha ini dianggap sebagai revolusi dibidang penelusuran gua sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi Modern”.
Di Indonesia, penelusuran gua dimulai sejak tahun 1979 dengan berdirinya “SPECAVINA” oleh Norman Edwin dan Dr. R. K. T. Ko. Selanjutnya bercabang menjadi “Gerba Bumi” yang diketuai oleh Norman Edwin, yaitu sekelompok penelusur gua yang bercondong kedalam petualangan dan olahraga dan Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) yang diketuai oleh Dr. R. K. T. Ko, yaitu kelompok penelusur gua yang berkiblat pada penelitian ilmiah dan konservasi. Kemudian muncul kelompok-kelompok penyusur gua lainnya.
Kegiatan bersih lingkungan yang diadakan dalam rangka Hari Ulang Tahun KMPA IGHOPALA IAIIG-UNUGHA Cilacap berlangsung pada hari Jum’at tanggal 16 Desember 2016 tepatnya di dekat tempat pembuangan sampah sebelah rel kereta api di wilayah Kesugihan. Kegiatan tersebut di lakukan oleh anggota KMPA IGHOPALA dan Anggota Sispala se Cilacap serta banyak warga masyarakat yang mengikuti di daerah kesugihan, para anggota ABRI yang berada di wilayah kesugihan juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan bersih lingkungan tersebut.
Bersih lingkungan bertujuan agar masyarakat Kesugihan sadar akan lingkungan yang bersih agar tercipta lingkungan yang sehat. Dalam kegiatan bersih lingkungan, KMPA IGHOPALA IAIIG-UNUGHA Cilacap bekerja sama dengan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR) Kabupaten Cilacap .
Pengabdian pada masyarakat merupakan suatu bentuk implementasi dari perbuatan nyata para Pecinta Alam yang pada hakikatnya merupakan para pemerhati dan pelestari alam dan lingkungan. Manusia merupakan makhluk yang dalam kehidupannya dituntut untuk seimbang, baik dalam kegiatan sehari-hari yang banyak menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) yang telah tersedia namun disisi lain manusia juga wajib untuk memelihara alam dan lingkungan agar tetap lestari. Melalui kegiatan kecil tersebut semoga dapat bermanfaat dan banyak orang yang mengambil pesan yang telah disampaikan oleh para pemerhati alam.
Salam Lestari !